Minggu, 11 Desember 2011

kehidupan yang mencengkram

 
Kehidupan semakin gila dan tak terarah, mahasiswa tidak lagi pada tempatnya, kegiatan anarkis terjadi di mana - mana. korupsi semakin merajarela, tindak pidana diberikan kepada orang - orang yang kelas bawah. sebenarnya salah siapakah semua ini? bisakah kita merubah semua ini dan menjadi negara yang damai bebas dari Kolusi Korupsi dan Nepotisme.

kata KOESPLUS Tanah Kita Tanah Surga tongkat dan batu bisa jadi tanaman. Tetapi semua itu hanya zaman dahulu ketika masih banyak lahan - lahan subur, udara belum tercemar, penebangan hutan dilakukan secara berkala, namun kenyataan nya sekarang justru kebalikannya seperti ungkapan TEAMLHO Kata Orang Negeri Ini Negeri Subur Tapi Insinyur Pertanian Kok Mala Jual Bubur. 

Korupsi seakan menjadi budaya di Negeri ini semakin banyak para pejabat yang melakukan korupsi seperti ungkapan IWAN FALS Tikus Tau Sang Kucing Lapar Kasih Roti Jalan Pun Lancar, begitulah hukum di negeri kita ketika sang koruptor mulai ketahuan aksinya, tetapi dengan uangnya masalah dapat mudah teratasi bahkan di lembaga permasyarakatan (LP) sang napi bisa dengan bebasnya kelur masuk penjara. baru - baru ini ada berita menghebokan dari Bapak Syarifudin S. Pane mengatakan bahwa adanya fasilitas istimewah di dalam LP.

Aksi - aksi anarkisme sering terjadi karena ketidakpuasan masyarakat kepada para pemerintah, baerita heboh terbaru adalah aksi seorang mahasiswa yang dengan nekat membakat tubuhnya di depan istana negara. sungguh perbuatan yang sangat menyedikan, apakah para anggota dewan hanya diam saja akan ada berapa nyawa lagi yang akan melayang karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah yang hanya mengusung janji - janji palsu.



PERBUATAN YANG BERARTI

beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. 
“Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda.
 “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu.
 “Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya?” 
“Oh ya tentu”, 
si Ibu bercerita : “Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka Semarang.”"

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. 

“Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, 
“Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang ibu.
Pemuda itu segera menyahut,
 “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu..???


Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
“Ooo …tidak, tidak begitu nak. Justru saya SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”
Pemuda itu terbengong….

Hikmah yang bisa dipetik
Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “Hal yang paling penting di dunia ini bukanlah SIAPAKAH KAMU? tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN UNTUK ORANG LAIN?”